Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 30 April 2016

Monoteisme

DUA PANDANGAN MONOTEISME 

Pandangan Frans Donald
Echad bukan kesatuan [himpunan]. Echad adalah numerik, satu benar-benar satu. Echad muncul sebagai penerjemahan satu numerik, hanya satu (only), sendiri (alone), tunggal (undivided), satu-satunya (only single) (Theological Dictionary of the Old Testamen, Grand Rapids: Erdmans, 1974, jilid 1:194). Sebagai bukti kata ‘echad’ dipakai pula dalam Yoshua 12:9-24 “Raja negeri Yerikho, satu [echad]; raja negeri Yerusalem, satu [echad]; raja negeri Hebron, satu [echad]; raja negeri Yumut, satu [echad]; .... jadi jumlah semua raja itu tiga puluh satu orang”.
Dalam kata diatas jelas kata ‘echad’ dipakai untuk merinci daftar raja yang dikalahkan Yoshua, maka jelas disitu kata ‘echad’ memiliki arti ‘satu’ dalam numerik/matematis hingga bisa disebutkan jumlah keseluruhan raja-raja tersebut ‘tigapuluh satu orang’.
Echad benar-benar “satu” dalam numerik/matematis. Dalam bahasa Ibrani: satu adalah echad, dua adalah sh’nayim, tiga adalah shalosh, empat adalah arba, dan seterusnya. Semua buku tata bahasa Ibrani, baik Alkitabiah atau modern, selalu menunjukkan bahwa echad adalah kata Ibrani sehari-hari untuk “satu”. Beberapa contoh penggunaan kata “satu” yang diterjemahkan dari kata echad:
“Satu tempat” (Kej. 1:9), “Satu ayah” (Kej. 42:13), “Satu hukum” (Kel. 12:49), “Satu [sisi]” (Kel. 25:12), “Satu log minyak” (Imamat 14:10), “Satu orang diantara saudara-saudaranya” (Imamat 25:48), “Satu tongkat” (Bil. 17:3), “Satu..... manusia, lembu, keledai, kambing” (Bil. 31:28), “salah Satu kota itu” (Ul. 4:42), “Satu orang saksi” (Ul. 17:6), “Satu jalan” (Ul. 28:7), “Satu efa tepung” (1Samuel 1:24), “Satu gembala” (Yeh 37:24), “Satu keranjang” (Yer 24:2), “Satu hal” (Maz. 27:4), “dua lebih baik daripada satu” (Pengkotbah 4:9), “Satu hari” (Ezra 10:13). Kata “Satu” pada ayat-ayat tersebut jelas sekali membuktikan echad berarti satu, tunggal, hanya satu.

Memang kata ‘echad’ dapat dipakai untuk menunjukkan himpunan, misalnya: “satu suku” yang artinya terdiri dari beberapa manusia, tetapi [kita harus teliti dan cermat] di situ yang dimaksudkan ‘satu’ adalah “satu suku”, bukan dua suku atau tiga suku. Sukunya sendiri Cuma satu. Dalam “satu suku” tidak mungkin terdiri dari beberapa suku. Demikian halnya dalam kasus “satu allah” tidaklah terdiri dari beberapa allah. Dan bagi orang Yahudi yang mempunyai pola pikir kongkret, satu ya satu, tidak ada ide abstrak tiga tapi satu-satu.
Sekarang soal kata “Elohiym”, secara umum akhoran –im merupakan bentuk plural. Pertannyaan yang muncul: apakah ini tidak menunjukkan allah itu lebih dari satu? Secara umum benar bahwa akhiran –im biasanya mengindikasikan kemajemukan tetapi ada akhiran –im yang tidak mengacu kepada kemajemukan melainkan keagungan (kebesaran), misalnya akhiran –im pada Panim (wajah), mayim (air), chayyim (hidup) atau Shamayim (langit).
Jadi bentuk –im yang mengacu kepada keagungan (majestic pluralistic) adalah bentuk plural yang bermakna tunggal. Keagungan/kemuliaan/kebesaran, bukan himpunan atau kesatuan.
Sebagai bukti pula, pertama, Musa di dalam keluaran 7:1 disebut sebagai elohiym (allah) artinya Musa adalah nabi agung mulia (besar) dan sebagai elohiym tentu tidak berarti seorang Musa terdiri dari beberapa orang Musa, bukan? Artinya jelas tunggal.
Kedua, selain kepada Musa, kata elohiym juga dipakai untuk menunjuk sosok lain yang jelas berarti tunggal. Misalnya: dewa-dewi bangsa-bangsa sekitar Israel. Dagon (Dewa ikan bangsa Filistin (Hakim 16:23-24; 1Samuel 5:7), Kamos (dewa bangsa Amon dan Moab (Hakim 11:24; 1Raja 11:33), Asytoret (dewi bangsa Sidon (1Raj 11:33), Milkom (dewa bangsa Amoni (Raja 11:33) dan Nisrokh (dewa manusia kepala elang bangsa Asyur (2Raja 19:37), masing-masing dewa tersebut jelas disebut sebagai elohiym yang sosoknya jelas-jelas tunggal, bukan jamak!
Ketiga: karena bahasa Ibrani juga mengenal perbedaan kata kerja bentuk tunggal dan bentuk jamak, ada satu fakta yang jelas bisa kita lihat dalam Perjanjian Lama tentang elohiym. Setiap kata ini muncul menunjuk kepada YHWH (Allah sejati), kata-kata kerja yang membarenginya selalu bentuk tunggal. Misalnya dalam Kejadian 1:1, dituliskan bara elogiym (Allah menciptakan). Kata kerja bara dengan pasti menunjuk sosok yang tunggal. Jadi, jelas para penulis Perjanjian Lama tahu betul bahwa YHWH bukanlah elohiym yang berpribadi majemuk.
Keempat: para penerjemah Perjanjian Lama pun tahu bahwa elohiym tidak selalu berarti banyak allah, apa lagi kalau mengacu kepada Allah sejati (YHWH). Terbukti, Kejadian 1:1 diterjemahkan “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”, bukan “pada mulanya Allah –Allah menciptakan langit dan bumi. Elohiym yang diterjemahkan menjadi Allah (bukan Allah-Allah) kita jumpai disepanjang Perjanjian Lama.

Pandangan Karen Armstrong
Inti kitab Ulangan mencakup deklarasi yang kemudian menjadi kesaksian iman orang-orang Yahudi:
Dengarkan [shema], hai orang Israel! TUHAN adalah Allah ktia, TUHAN itu esa [echad]! Kasihanilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan.

Ketika menyebut kembali Shema pada masa sekarang, orang Yahudi memberinya interpretasi monoteistik: Yahweh Allah kami yang Satu dan unik. Tradisi Deutronomis belum lagi mencapai persepektif ini. “Yahweh ehad” tidak berarti Allah itu esa, tetapi Yahweh adalah satu-satunya allah yang diizinkan untuk disembah. Tuhan-tuhan lain masih merupakan sebuah ancaman: pemujaan mereka sangat atraktif dan bisa memalingkan orang Israel dari Yahweh, Tuhan yang pencemburu. Jika mereka mematuhi hukum-hukum Yahweh, dia akan memberkati mereka dan menganugrahkan kesejahteraan, tetapi jika mereka berkhianat, akibatnya akan sangat merusak:
TUHAN akan menyerakkan engkau ke antara segala bangsa dari ujung bumi ke ujung bumi; di sanalah engkau akan beribadah kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, yakni kepada kayu dan batu... Hidupmu akan terkatung-katung... Pada waktu pagi engkau akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! Dan pada waktu malam engkau akan berkata: Ah, kalau pagi sekarang! Karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa yang dilihat matamu.

Setiap doktrin resmi akan membatasi misteri Tuhan yang esensial. Para rabi menunjukkan bahwa Tuhan sama sekali tidak bisa dipahami. Bahkan, Musa juga tidak mampu menembus misteri Tuhan: setelah mencarian yang panjang, Raja Daud mengakui bahwa adalah sia-sia untuk mencoba memahami Tuhan karena dia terlalu agung bagi pikiran manusia. Orang Yahudi bahkan dilarang mengucapkan namanya. Ini untuk mengingatkan bahwa apa pun usaha untuk mengungkapkan Tuhan pasti tidak akan memadai: nama suci itu ditulis YHWH dan tidak dilafalkan dalam setiap pembacaan kitab suci. Keseluruhan gagasan tentang Tuhan adalah untuk memotivasi lahirnya rasa tentang misteri dan ketakjuban hidup, bukan untuk meraih solusi yang sejati.

DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Alkitab Indonesia. 2011. Teks Alkitab Terjemahan Baru (TB). Jakarta: cetakan ke- 3.
Donald, Frans. 2009. Menjawab Doktrin Tritunggal. Semarang: Borobudur Indonesia Publishing.
Armstrong, Karen. 1993. Sejarah Tuhan. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar