Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 30 April 2016

GEREJA YANG HIDUP

GEREJA SEBAGAI PUSAT KEHIDUPAN

Setia kawan, rasa persaudaraan, saling berbagi, adalah makna yang identik dengan slogan diatas. Kata ‘satu untuk semua dan semua untuk satu’ selalu membayangi kehidupan dalam komunitas hidup manusia yang menjun-jung tinggi makna tersebut. Sehingga suatu komunitas dapat bertahan dan menjadi kuat, tanpa harus takut tercerai-berai.
            Fokus utama adalah ‘rasa’ yang ada antara sesama manusia, dan memberi dengan ‘tulus’ tanpa mengharapkan imbalan. Komunitas yang baik, dapat membentuk karakter yang baik secara holistik. Menekankan nilai-nilai kebajikan (kemurahan dan belas kasihan), jiwa kepahlawanan, dan perasaan malu ketika tidak mampu berbuat kebaikan terhadap orang lain.
            Gereja saat ini tidak boleh hanya fokus pada komunitasnya saja, dan kurang perhatian terhadap dunia di luar dinding-dinding mereka. Gereja tidak lagi menjadi komunitas yang membentuk karakter secara holistik, karena untuk menolong orang saja, harus menempuh jalur birokrasi yang kaku dan membelenggu. Gereja saat ini menjadi komunitas yang menjaga batas-batas dan bukan melintasinya, juga menjadi konservatif dan tidak progresif (H. R. Niebuhr).

  • Gereja harus sadar, bahwa prioritas utama mengikut Kristus adalah menghadirkan Kerajaan Allah bagi semua orang, dan bukan dibatasi di dalam komunitas sendiri.
  • Injil tidak hadir untuk membumi hanguskan, melainkan memperdamaikan. Sehingga, Injil tidak digunakan sebagai alat untuk mengukur benar atau salah, tetapi untuk memberikan pencerahan.
  • Sudah saatnya Gereja terbuka terhadap dunia luar, dan meninggalkan sifat-sifat konservatif yang justru menggiring kearah paham tradisional yang eksklusif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar