BENTUK – BENTUK LITURGI
I. LITURGI MENJELANG ABAD PERTENGAHAN
Masa
tersebut berlangsung sekitar satu setengah abad, antara zaman setelah
Augustinus dan sebelum Gregorius I. Masa ini diwarnai oleh keberhasilan kaisar
Konstantin Agung (± 274-337, kaisar sejak 312) bersama Lycinus Augustus dalam Edikmilano
(313) menghasilkan hubungan baik antara gereja dan agama.
·
Ibadah
agama lama
Peribadahan agama lama dilarang, tetapi
ritus-ritusnya dibawa masuk ke dalam liturgi gereja. Salah satu contoh
kreatifitas yang mengkristenkan agama lama antara lain refrigerium, yakni
upacara perjamuan di makam. Contoh lain seperti respon – respon umat, antara
lain libera Nos, Domine (bebaskanlah
kami, ya Tuhan), Terogamus, Oudinos
(kami mohon dengarkanlah kami).
·
Budaya
Imperial dan tata busana
Budaya kekaisaran yang masuk ke dalam
liturgi, tata busana liturgi, misalnya jubah imam yang tampak agung dan penutup
kepala mirip mahkota, tata gerak liturgis, misalnya prosesi yang terlihat
anggun, mencium tangan uskup dan berlutut di altar. Arsitektur gedung gereja
yang besar menunjukkan keagungan dan kemegahan imperial.
·
Gereja
di Yerusalem
Gereja di Yerusalem mempunyai dua
karakter dalam ibadah, ibadah yang berlatar belakang katedral dengan sifat
komunal dan ibadah biara, berlatar belakang pribadi/personal.
·
Tradisi
liturgi membiara
Liturgi membiara memiliki perbedaan
terutama dalam hal praksis dengan liturgi gereja waktu itu yaitu dalam hal
fundamental. Hal ini karena liturgi gereja telah dicemari dengan urusan
politik dan duniawi. Gereja menjadi seolah-olah tampak sekuler.
2. LITURGI ABAD PERTENGAHAN PERTAMA
Liturgi
abad pertengahan pertama adalah masa antar Gregorius I (590-604) dan Gregorius
IV (1073-1085). Sekitar abad ke-7 ritus-ritus liturgi yang berbeda baik Timur
maupun di Barat telah menemukan bentuk dasar serta ciri khas masing-masing.
Dalam sejarah abad ke-5, ada dua rumpun tradisi besar dalam liturgi, 1. Liturgi
Roma (tersebar di luar Roma, bahkan ke Italia ke arah selatan) dan 2. Liturgi
Gallia (tersebar mulai dari timur menuju kearah Italia Utara).
·
Buku-buku
Liturgi dan Rumpun Tradisi Roma dan Gallia
Rumpun-rumpun
tradisi liturgi dibarengi dengan penertiban buku-buku kebaktian atau buku-buku
liturgi. Buku-buku yang termasuk dalam rumpun liturgi Roma, yaitu :
Sacramentarium Gregorius, buku yang diperkirakan berasal dari zaman Karel Agung
(742-814). Isinya tentang ordinarium misa, doa-doa, prefasi, unsur-unsur misa,
nyanyian resitasi untuk uskup, berbagai hari raya dan tahun liturgi yang
dimulai dari malam Natal 24 Desember, doa-doa penahbisan diakon, imam atau
presbiter dan uskup. Sacramentarium Leonia, pada sekitar abad ke-7 berisi dua
belas seksi hari raya yang berhubungan dengan dua belas bulan yang
bersangkutan. Kumpulan Naskah Revenna, pada sekitar abad ke-10 di kota Revenna.
Buku tersebut berisi empat puluh doa persiapan Natal. Ordines Romani, pada sekitar abad ke-9 dan ke-15 berisi liturgi
ekaristi, baptisan dan doa penahbisan.
Buku-buku
liturgi Gallia, yaitu : Missale Gothicum,
buku ini berisi banyak unsur dari Roma, antara lain misa malam Natal, misa para
kudus, setelah Epifania,
Minggu-minggu Pra-paskah, Paskah, perayaan penemuan Salib Kudus, hari raya
penginjilan Yohanes dan sebagainya. Misalle
Gallicanum Vetus, buku ini berisi misi bagi Santo Germanus dari Auxerre, doa-doa bagi perawan dan janda, misa in Advenum Domini, Malam Natal,
malam setelah Natal, ritus-ritus ketekumenat, traditio symboli dan minggu-minggu sebelum paska. Misa-misa yang
dipublikasikan oleh Mone, buku yang berasal dari misa Gallia, tanpa pengaruh
unsur Roma. Buku pengajaran Luxeunceilk,
pada sekitar abad ke-7 berisi pengajaran-pengajaran misa sesuai dengan tahun
liturgi Gallia. Surat-surat Santo
Germanus dari Paris, terdapat dalam surat Germanus episcopus Parisius scripsit demissa. Isinya adalah tata
misa, unsur-unsur liturgi secara detail, perayaan untuk peristiwa istimewa dan
tata busana liturgi. Buku-buku Inggris dan Irlandia, buku ini menggunakan
bahasa Latin antara abad ke-8 dan ke-10 dan unsur Gallia yang berbahasa Yunani.
Isinya adalah ordinarium misa,
doa-doa untuk peristiwa istimewa yang bersifat proprium, ordo babtismi, ordo ad infirmum visitandum dan misa untuk
Irlandia. Misa Bobbia, isinya adalah tiga misa Adventum Domini, Malam Natal, hari raya para Kudus. Buku-buku
Ambrosian, pada sekitar abad ke-10 termasuk kumpulan Ambrosian di Milan. Isinya
adalah hari raya Santo Martinus pada 11 November dan minggu-minggu setelah
Pentakosta. Buku-buku Mozarabis, terdiri dari Sakramentaris pada sekitar abad
ke-10.
·
Liturgi
Papal dalam Liturgi Roma
Tradisi Roma merupakan penyesuaian
dengan budaya imperial dan ibadah paganistis. Tradisi utara dengan pola
Franko-Jerman setelah abad ke-8 dan zaman kepausan membawa dampak bagi
timbulnya liturgi kepausan, disebut liturgi papal atau ritus papal.
·
Liturgi
Gallia
Liturgi Gallia berasal dari liturgi
oriental dan pada mulanya menggunakan bahasa Yunani. Setelah penyebarannya ke
daerah Italia, bahasa yang formula Yunani pun bercampur dengan bahasa dan
formula Latin.
·
Perkembangan
dan Penetapan Sakramen
Pada abad ke-16 ada penetapan jumlah
sakramen, walaupun tidak pernah dilakukan secara tegas. Ada tujuh sakramen,
yaitu baptisan anak dan tobat, krima atau peneguhan baptisan oleh uskup, ritus
pertobatan dan pengampunan, perminyakan akhir hayat, penahbisan imam,
persekutuan umat dalam perkawinan, dan perjamuan kudus atau misa. Menjelang
akhir abad pertengahan, Paus Eugenius IV (1431-1447) mengkristalisasikan
doktrin sakramen. Ia mengukuhkan jumlah sakramen, ada tujuh sakramen, yaitu :
baptisan, konfirmasi, misa, pertobatan, perminyakan suci, penahbisan dan
perkawinan.
·
Perkembangan
Disiplin Spritualitas dan Monastik
Pada awal abad pertengahan, biara Barat
mulai menjadi mandiri dan mapan dalam menerapkan metode pelatihan spritualitas.
Dalam hal metode askese, biara Barat banyak menimba ilmu dari gerakan monastik
padang pasir di Mesir. Biara bukan hanya monumental pada dirinya, melainkan
juga memberikan sumbangsih besar dalam pembaharuan liturgi dan spritualitas.
Disiplin hidup yang tinggi, keteraturan di dalam menyelenggarakan liturgi
harian, keheningan di dalam liturgi dan bejana yang menyimpan khazanah musik
liturgi sepanjang masa, merupakan sebagai bukti bagaimana biara pada suatu saat
membarui kebekuan liturgi gereja. Gerakan liturgis abad ke-19 dan ke-20 nanti
kembali menyadarkan dunia akan peran biara. Tanpa biara di dunia, kehidupan
belumlah lengkap.
3. LITURGI ABAD PERTENGAHAN KEDUA
Liturgi
abad pertengahan kedua adalah masa antara menjelang Paus Gregorius VII
(±1033-1085) dan menjelang reformasi abad ke-16. Paus Gregorius VII dan Paus
Nikolas II mencurahkan perhatian serius untuk membatasi dominasi pemerintahan
(kaisar) dalam mencampuri urusan gereja. Muncul pula dampak lain setelah gereja
ingin mengatasi kuasa Negara. Dampak tersebut terjadi dalam tubuh gereja
sendiri. Perayaan liturgi adalah salah satu dampak tersebut. Katedral-katedral
menjadi makin kokoh. Sejumlah gedung gereja yang megah didirikan. Perkembangan
ordo-ordo biara meningkat pada zaman tersebut. Kelanjutan dan perkembangan
liturgi Papal memunculkan terbentuknya sejumlah gedung gereja berdasarkan sifat
perhatiannya. Ada yang kudus dan utama disebut gereja induk, kemudian menjadi
gereja katedral untuk melayani liturgi papal. Ada juga yang tidak melayankan
liturgi Papal, disebut gereja parokial.
·
Gereja
Katedral di antara Gereja Parokial
Hingga abad ke-7, banyak bangunan gereja
katedral berarsitektur basilica. Waktu itu liturgi di basilica Lutheran telah
lepas dari akarnya sehingga berkembang atau sebenarnya terpelihara dua bentuk
liturgi, yaitu :
1. Pemeliharaan
ritus dan perayaan liturgi di kapel Paus (capellani
domini papae), dan 2. Perkembangan liturgi secara independen di basilicia
Lutheran.
·
Arsitektur
Gereja
Setelah tahun 600-an, antara zaman
konstantinus dari Karel agung, muncul zaman baru yang dikenal dengan abad-abad
pertengahan sebagai masa kebangkitan arsitektur gereja. Arsitektur gereja juga
bukan sekedar berdasarkan kebutuhan fungsional dan tempat untuk menampung orang
sebanyak-banyaknya, melainkan sebagai sarana spritual untuk merasakan
perjumpaan dengan Allah.
·
Liturgi
Pernikahan
Liturgi nikah pada abad pertengahan
didasarkan pada sakramentaria Roma. Dalam sakramentarium Leonia abad ke-7,
liturgi nikah disebut incipit velatio niuptealis, yakni pemberkatan tudung.
Pemberkatan tersebut berisi 6 doa yaitu: 1. Doa
collecta, memohon berkat Allah secara umum. 2. Doa secreta dan hanc igitus, khusus untuk mempelai. 3. Doa pro sacra lege coniugii, permohonan
agar perjamuan yang diberikan oleh perempuan di terima sebagai hukum suci
pernikahan. 4. Doa bagi pasangan yang dipersatukan Allah. Ini juga merupakan
doa persiapan bahwa Allah menetapkan pernikahan mereka untuk melahirkan
keturunan. 5. Doa pro famula tua illa,
yakni doa berkat dan mengingatkan bahwa pada usia muda Allah menyatukan
mempelai perempuan dengan suaminya untuk tumbuh bersama hingga tua. 6. Doa pater mundi conditor (Bapa Sang
Khalik Dunia), yakni doa-doa bagi mempelai tentang kisah penciptaan, adalah
sebagai berikut : a. Penciptaan manusia melalui perempuan untuk meneruskan umat
manusia. b. Perempuan sebagai yang lemah bergabung dengan yang kuat, lalu
melahirkan anak. c. Bagi istri yang baik dan memegang hukum disebut aeterna iura. d. Pernikahan bukan hanya
untuk mendapatkan anak, melainkan juga untuk tetap beriman. e. Pernikahan di
dalam Kristus atau fidelis et casta nubat
un Christo.
·
Ordo
– ordo biara Baru
Abad-abad pertengahan kedua juga
diwarnai dengan munculnya beberapa ordo biara yang kemudian menjadi induk biara-biara dimasa kemudian.
·
Persebaran
Brevir dan Liturgi Harian
Brevir berasal dari kata latin brevio atau breviarium, artinya penyingkatan atau ringkasan. Namun, brevir
bukan sama sekali buku kecil yang berisi ringkasan ibadah. Brevir berisi tata
pelaksanaan liturgi, doa – doa dan nyanyian. Ada sekitar tujuh atau delapan
jenis brevir yang berasal dari abad-abad pertengahan antara lain brevir
nyanyian primitif dalam dua jenis, brevir primitif portabel dalam dua jenis,
brevir nyanyian dan notasinya, dalam tiga jenis, brevir porta
Buku
Literatur
Rasid Rachman. 2010. Pembimbing
sejarah Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Griemer. 2010. Cermin
Injil ilmu Liturgi. Yayasan komunikasi bina kasih, litindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar